Mentari pagi yang aku nanti Terasa subur menyinari Lingkungan hidupku yang penuh tikus berdasi Ditengah wabah ini Hanya kesedihan melanda hati Termenung dalam nestapa sunyi Tentang hari esok yang penuh majas dan ironi Tinta hitam bertabur dikertas putih menyaksikan teriakan penah anak kami Yang kunjung tidak ada suntikan tinggi Engan sekali menengok ke kanan dan kiri Inilah kami rakyat kecil disini Butuh empati dari mata negeri Yang selalu terdengar lantang Ketika menyembunyikan kuku jari
Aku rasa sunyi akan berlalu Membuka kembali gembok rindu Ternyata harapan menjadi semu Karena yang aku tunggu tak kunjung ketemu Aku merindu Ragaku kaku seakan perih ditusuk paku aku tetap mendayu meskipun kakiku tak mampu bertumpu Karena hadirmu yang aku tunggu Aku titipkan pesan disetiap langkahku berlaju Tentang rindu ingin bertemu kamu Bahwa aku sangat mencintaimu sehingga rasional pikiranku pun hancur karena dirimu Aku rindu Aku sangat rindu Kembali di sisiku Jangan lari dari hidupku Karena kamu adalah satunya yang menghadir nyawa diragaku.