Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Air Mata Negeri

Mentari pagi yang aku nanti Terasa subur menyinari Lingkungan hidupku yang penuh tikus berdasi Ditengah wabah ini Hanya kesedihan melanda hati Termenung dalam nestapa sunyi Tentang hari esok yang penuh majas dan ironi Tinta hitam bertabur dikertas putih menyaksikan teriakan penah anak kami Yang kunjung tidak ada suntikan tinggi Engan sekali menengok ke kanan dan kiri Inilah kami rakyat kecil disini Butuh empati dari mata negeri Yang selalu terdengar lantang Ketika menyembunyikan kuku jari

Tentang Rindu

Aku rasa sunyi akan berlalu Membuka kembali gembok rindu Ternyata harapan menjadi semu Karena yang aku tunggu tak kunjung ketemu Aku merindu Ragaku kaku seakan perih ditusuk paku aku tetap mendayu meskipun kakiku tak mampu bertumpu Karena hadirmu yang aku tunggu Aku titipkan pesan disetiap langkahku berlaju Tentang rindu ingin bertemu kamu Bahwa aku sangat mencintaimu sehingga rasional pikiranku pun hancur karena dirimu Aku rindu Aku sangat rindu Kembali di sisiku Jangan lari dari hidupku Karena kamu adalah satunya yang menghadir nyawa diragaku.

Aku dan Kamu

Senja menanti Merindukan suara lirih Aku Terbangun Dari mimpi Memikirkan dirimu sampai dalam imajinasi Tanpa kamu aku sunyi Bagaikan musik tanpa melodi Itulah yang terjadi Aku Lihatlah aku ini Cintamu mengarungi denyut nadi Seakan aku hidup dilanda rasa mati Aku tau kau tak kembali Karena tempat kita tak sama lagi Suatu saat kita akan bersama lagi Meskipun setiap saat Aku Duduk diam sepi disenja hari Menanti hal tak akan pernah terjadi, hanya itulah yang bisa aku lalui Otong Telu, 15 Februari 2006

Jeritan Hati PMII

Bersorak meyuarakan rintisan isi hati Lingkungan kerap rusak dan mati Inilah kami PMII yang menyuarakan isi hati Pantang mundur dan surut disaat aksi. Biru kuning telah tertancap mengabari Mengabarkan bahwa kami tidak mati Kami peka dengan kondisi dan situasi Inilah jati diri pergerakan PMII Kami risih dengan kondisi saat ini Saatlah kami berdiri bersura dan aksi Menyuarakan hati yang melirih dengan kondisi Tentang lingkugan yang hancur dibasmi Kami menyadari kondisi Yang kian hari makin dilanda sunyi Hati petinggi tidak nampak lagi Ditanah kering membutuhkan sepercikan air bagi negeri @Bang_Otel Selasa, 29 Oktober 2019. Sumbawa Besar

Teriakan Penah Mahasiswa

Seutas kata mewakili segala rasa Yang tersimpan dan tersirat dalam dada Untaian kata beranjak dari sebuah rasa Sirna dan hancul jika tidak mengekpresikannya Seruan kata melemparkan makna Mengenai sasaran tepat dihatinya Beragam isu yang dibawa Tentang kelayakan hidupnya Butiran kristal jernih jatu dari kelopak mata Melihat peradaban perkembangan manusia Yang mementingkan kehidupan dirinya saja Tanpah melihat daerah sekitarnya dan sekelilingnya Inilah keragaman indonesia Yang tersebar di nusantara Berbagai macama adat budaya Inilah negara kesatuan repoblik indonesia Dengan sepercik tulisan berinta hitam Meluapkan harapan dan keinginan Tentang perubahan siklus kehidupan Menjadi kenyataan dan bukan hayalan Hari kian menuah Usiah pun bertambah Laju perkembagan pengetahuan semakin medunia Hasrat keingin semakin bertambah Bang_Ortel

Perbandingan

Sahabatku Sahabatku Kita sama tetapi tidak serupa Waktunya sudah cukup sahabatku Tolong buka pintu. Inilah waktu untuk aku. Bang_Ortel Kamis, 17 April 2017 Universitas Samawa.

Senja berimajinasi

Hari terasa kian mendung lagi Nampaknya langit tak berkenan lagi menjatuhkan kristal jernih ke bumi Ironi hati menjadi serpihan-serpihan abadi Aku... Mendayu hari kian tak berujung bertepih Bagaikan berlayar di lautan yang biru tanpa ada sisi, apalah dayaku makhluk ciptanya hidup di bumi Pohon yang biru sungkar kembali menggurkan warna-warni dihempas angin lalu berterbangan berlari Menghitung pasir di pantai itu lamanya tumbuh di bumi akibat perbuatan ulah sifat manusiawi Bagaikan lagu Iwan fals di sore hari mendengar sambil berimajinasi. Bang_Ortel Universitas Samawa. 25 Oktober 2017.

Pemuja Rahasia

Rinduku ini selalu menghayat kalbuku Tentang pertemuan singkat yang berlalu Hingga merona merah asmara coretan penahku. Keindahanmu mampu mengikatkanku Dalam pesona jemu kian berlalu Darahku seakan terhenti dikala memandang mu Seakan waktu berhenti karena dirimu Jangan salahkan aku apabila mencintaimu Salahkanlah sebuah waktu yang telah menghadirkan dirimu diselah kesunyian dan kekosongan hari-hariku. Hati dan perasaanku seakan sudah direnggut oleh dirimu Tetapi aku hanya mampu memandangimu Hanyalah sebagai lelaki pemuja rahasiamu. Kamis, 1 Januari 2017 Bang_Ortel Universitas Samawa